Hidup Minimalis di Era Overthinking: Mungkinkah?

Ilustrasi overthinking (freepik.com)
Sumber :
  • Freepik

Tangerang – Di era serba cepat dan penuh tekanan ini, banyak orang mencari pelarian dalam gaya hidup minimalis. Namun, muncul pertanyaan menarik: bisakah kita menjalani hidup minimalis di tengah kebiasaan overthinking yang merajalela?

Ketergantungan AI? Ini Cara Anti-Mainstream Melawannya

Jawabannya tidak sesederhana "ya" atau "tidak". Hidup minimalis dan overthinking seperti dua kutub yang berlawanan. Satu menekankan kesederhanaan, sementara yang lain sibuk memikirkan segala kemungkinan secara berlebihan. Tapi bukan berarti keduanya tak bisa berdampingan.


Apa Itu Hidup Minimalis?

Minimalisme bukan sekadar soal rumah bersih estetik dengan warna netral. Esensinya adalah mengeliminasi hal-hal yang tidak penting, baik secara fisik maupun mental. Tujuannya adalah menciptakan ruang—baik ruang hidup maupun ruang pikir—agar kita bisa fokus pada hal-hal yang benar-benar berarti.

Menolak Kartu Kredit, Mulai Terapkan Gaya Hidup "Cash Only"

Hidup minimalis mengajak kita untuk declutter bukan hanya lemari, tetapi juga pikiran.


Overthinking: Musuh Terbesar Ketenteraman

Sementara itu, overthinking membuat kita terjebak dalam pola pikir berlebihan. Segala keputusan kecil terasa berat. Pikiran dipenuhi "bagaimana kalau", "kenapa tadi", dan "nanti gimana". Dalam jangka panjang, overthinking bisa melelahkan dan membuat kita sulit hidup di saat ini.

Gaji UMR, Hidup ala Digital Nomad? Bisa!

Ironisnya, semakin banyak pilihan dan informasi yang tersedia, semakin tinggi potensi kita untuk overthinking—dan ini sering kali bertentangan dengan prinsip minimalisme.


Minimalisme Sebagai Obat Overthinking?

Meski tampak bertolak belakang, gaya hidup minimalis justru bisa menjadi jalan keluar dari overthinking. Dengan mengurangi pilihan, kita juga mengurangi beban pengambilan keputusan. Misalnya, dengan memiliki pakaian sedikit tapi fungsional, kita tak perlu stres tiap pagi soal "mau pakai baju apa".

Selain itu, hidup minimalis juga mengajak kita menyederhanakan relasi, media sosial, bahkan ambisi. Semua itu membantu mengurangi stimulasi berlebihan yang kerap memicu overthinking.


Langkah Nyata: Mulai dari yang Paling Dekat

Untuk menggabungkan minimalisme dengan kecenderungan overthinking, mulailah dari hal kecil:

  1. Kurangi distraksi digital. Unfollow akun yang membuat cemas atau FOMO.

  2. Tulis jurnal. Menulis bisa membantu menyaring pikiran yang benar-benar penting.

  3. Tetapkan batasan. Tidak semua hal perlu dipikirkan atau dilakukan.

  4. Pilih dengan sadar. Fokus pada kualitas, bukan kuantitas—baik dalam benda, aktivitas, maupun hubungan.


Hidup minimalis di era overthinking memang menantang, tapi bukan mustahil. Justru, di tengah dunia yang bising dan serba cepat, minimalisme bisa jadi pelindung terakhir kesehatan mental kita. Prosesnya butuh waktu, tetapi hasilnya bisa membebaskan.