Memahami Superiority Complex: Tanda, Penyebab, dan Dampaknya dalam Kehidupan

Ilustrasi percaya diri
Sumber :
  • Freepik

VIVA Tangerang – Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah bertemu dengan seseorang yang selalu ingin terlihat lebih hebat. Mereka kerap menceritakan pencapaian pribadi, memberikan komentar yang meremehkan, atau sulit menerima pendapat orang lain. Sekilas, sikap ini tampak seperti rasa percaya diri, padahal bisa jadi merupakan tanda superiority complex.

Ternyata Salah Sepatu Bisa Memicu Asam Urat

 

Istilah superiority complex pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Adler, seorang psikolog terkenal, dalam teori psikologi individu. Menurut Adler, kondisi ini muncul sebagai bentuk kompensasi dari rasa inferioritas yang mendalam. Seseorang yang merasa kurang mampu akan berusaha menutupi kelemahan itu dengan menampilkan diri seolah lebih unggul dari orang lain.

Waspada Osteoporosis Saat Menopause, Ini Penyebab dan Cara Pencegahannya

 

Penyebab Superiority Complex

 

5 Makanan Sehat untuk Wanita Pascamenopause, dari Cokelat Hitam hingga Kurma

Hingga kini, belum ada diagnosis resmi untuk kondisi ini dalam dunia psikologi modern. Namun, banyak ahli mengaitkan superiority complex dengan beberapa faktor berikut:

 

  1. Pola Asuh di Masa Kecil
    Anak yang terlalu dimanjakan atau dilindungi berlebihan cenderung tumbuh tanpa kesempatan mengasah kemandirian. Saat mereka menghadapi orang lain yang lebih mampu, perasaan inferior muncul dan mendorong perilaku melebih-lebihkan diri.

  2. Kesehatan Mental
    Masalah mental seperti depresi atau kecemasan dapat memicu perasaan rendah diri. Untuk menutupinya, seseorang mungkin menunjukkan sikap arogan atau merasa paling benar agar harga diri mereka tetap terjaga.

 

Tanda-Tanda Seseorang Mengalami Superiority Complex

 

Beberapa ciri umum yang bisa dikenali antara lain:

 

  • Sering mengucapkan pernyataan sombong tanpa bukti nyata.

  • Memiliki pandangan berlebihan tentang diri sendiri.

  • Terlalu fokus pada penampilan luar.

  • Enggan menerima pendapat atau kritik orang lain.

  • Menunjukkan sikap otoriter atau merasa superior.

  • Mudah tersinggung jika dikontradiksi.

  • Cenderung menutupi kelemahan dengan sikap berlebihan.

 

Dampak Superiority Complex dalam Kehidupan

 

Superiority complex bukan hanya memengaruhi diri sendiri, tetapi juga hubungan dengan orang lain. Beberapa dampak yang sering muncul yaitu:

 

  • Harga diri yang rapuh: Meski tampak percaya diri, sebenarnya mereka masih dihantui rasa tidak berharga.

  • Kesulitan dalam hubungan sosial: Orang dengan sifat ini cenderung sulit membangun relasi sehat karena sikap dominan dan meremehkan orang lain.

  • Masalah di dunia kerja: Mereka bisa saja berpura-pura memiliki kemampuan yang tidak dimiliki. Akibatnya, timbul stres dan kecemasan karena merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi.

 

 

Superiority complex sering dianggap sebagai rasa percaya diri, padahal sebenarnya berbeda. Jika percaya diri lahir dari pencapaian nyata, superiority complex justru berakar dari perasaan rendah diri yang ditutupi dengan sikap berlebihan. Memahami kondisi ini penting agar kita bisa lebih bijak dalam menilai orang lain, menjaga hubungan sosial, serta menghindari dampak negatif dalam karier maupun kehidupan sehari-hari.