Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Remaja, Waspadai Tekanan dan Perbandingan

Ilustrasi sosial media
Sumber :
  • Freepik

VIVA TangerangMedia sosial memang mampu menghadirkan koneksi dan manfaat positif bagi remaja. Namun, di sisi lain, platform digital ini juga membawa risiko serius, terutama terhadap kesehatan mental. Perbandingan yang terus-menerus dengan kehidupan orang lain sering kali memicu tekanan emosional yang tidak sedikit.

Minuman Berenergi Picu Depresi pada Anak. Ini Alasannya!

Psikolog Christie Saju dari platform konsultasi kesehatan mental LISSUN menjelaskan bahwa media sosial sering menampilkan realitas yang sudah dipoles, yang sangat memengaruhi remaja di fase penting pembentukan identitas diri.

“Remaja terbiasa melihat cuplikan kehidupan teman-temannya yang penuh prestasi, pesta meriah, hingga penampilan fisik yang sempurna. Hal ini bisa memicu perasaan minder karena membandingkan diri dengan standar yang tidak realistis,” ujarnya, dikutip dari Hindustan Times.

Dokter RSUI: Hindari Pakai Sepatu Baru saat Lomba Lari, Bisa Picu Cedera

Menurutnya, kondisi ini membuat banyak remaja menggantungkan harga diri pada validasi eksternal, seperti jumlah like, komentar, atau seberapa sering unggahan mereka dibagikan. Situasi ini berpotensi melahirkan rasa putus asa jika harapan tersebut tidak terpenuhi.

Christie menambahkan, dunia digital juga melahirkan fenomena FOMO (Fear of Missing Out), yaitu rasa takut ketinggalan tren atau momen tertentu. Ditambah lagi, kaburnya batasan antara sekolah, rumah, dan interaksi sosial di media sosial membuat remaja merasa tidak pernah benar-benar beristirahat.

Ternyata Salah Sepatu Bisa Memicu Asam Urat

Tak hanya itu, perundungan siber (cyberbullying) menjadi lapisan stres tambahan yang sulit dihindari. Semua tekanan ini diperburuk oleh tuntutan ganda: sukses secara akademis sekaligus terlihat sempurna di dunia maya. “Beban ganda ini bisa memicu kecemasan hingga kelelahan parah,” jelasnya.

Meski demikian, Christie menekankan bahwa solusinya bukan menyalahkan teknologi. Yang terpenting adalah membantu remaja membangun literasi digital, ketahanan mental, serta rasa percaya diri yang tidak bergantung pada identitas daring.

Halaman Selanjutnya
img_title