Tarif Impor Era Trump Dinilai Bebani Konsumen dan Perusahaan AS
- ANTARA
Tangerang – Sejumlah laporan dari lembaga keuangan, akademisi, dan korporasi besar yang dirilis pada Juli ini menggambarkan tren yang konsisten: kebijakan tarif tambahan yang diberlakukan oleh mantan Presiden AS Donald Trump ternyata lebih banyak membebani warga negara sendiri, khususnya perusahaan-perusahaan domestik dan konsumen, ketimbang eksportir luar negeri.
Laporan dari tim ekonomi global Citi menyatakan bahwa beban utama dari tarif impor diserap oleh perusahaan-perusahaan Amerika. Dengan kenaikan tarif lanjutan yang direncanakan, margin keuntungan perusahaan pun diprediksi akan semakin menyempit.
Sementara itu, penelitian Yale Budget Lab pada 14 Juli lalu mengungkapkan bahwa tarif-tarif tersebut telah menaikkan biaya konsumsi rata-rata sebesar 2,1 persen, menggerus daya beli tahunan rumah tangga AS hingga USD 2.800. Dampaknya terasa lebih besar pada keluarga berpenghasilan rendah, yang harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian. Mereka mengalami penurunan pendapatan siap pakai hingga tiga kali lipat dibandingkan rumah tangga berpendapatan tinggi.
Tax Foundation, lembaga riset non-partisan, memperkirakan tarif ini membebani tiap rumah tangga sebesar USD 1.296 dan dapat memicu kontraksi ekonomi sebesar 0,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) dalam 12 bulan ke depan.
Dari sektor ritel, laporan Goldman Sachs awal Juli menyebutkan bahwa 70 persen beban tarif telah dialihkan ke konsumen melalui kenaikan harga. Ini diperkuat oleh pernyataan Walmart pada 17 Juli, yang menyebut tarif baru memaksa perusahaan menaikkan harga jual kebutuhan sehari-hari. Walmart juga memperingatkan bahwa perlengkapan sekolah bisa jadi target kenaikan harga selanjutnya.
Tak hanya Walmart, Amazon juga diam-diam menaikkan harga produk-produk murah seperti deodoran, minuman protein, hingga perlengkapan hewan peliharaan, menurut laporan Wall Street Journal.
Industri manufaktur turut terpukul. General Motors (GM) mengklaim bahwa lonjakan biaya impor memangkas laba kuartal kedua mereka sebesar USD 1 miliar. GM memperkirakan dampak total bisa mencapai USD 5 miliar jika tarif terus berlanjut hingga akhir tahun.