China Sebut AS Pengganggu Perdamaian Laut China Selatan, Soroti Standar Ganda UNCLOS
- ANTARA
Tangerang – China menuding Amerika Serikat (AS) sebagai “pengganggu terbesar” stabilitas di Laut China Selatan, menyusul pengerahan rudal dan kekuatan militer besar-besaran di kawasan tersebut.
Pernyataan itu disampaikan Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong, dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada Senin (11/8). Menurut Fu, AS telah menempatkan persenjataan ofensif, termasuk rudal jarak menengah berbasis darat, serta berulang kali mengirim armada laut dan udara untuk melakukan pengintaian dan latihan militer di wilayah itu.
Fu juga menyoroti bahwa AS hingga kini belum menandatangani Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982. Ia menuding Washington kerap memamerkan kekuatan militernya di “halaman depan negara lain” demi kepentingan geopolitik sendiri, sehingga menciptakan ketidakstabilan regional.
Terkait Terusan Panama, Fu menegaskan bahwa China menghormati kedaulatan Panama serta netralitas permanen terusan tersebut sebagai jalur air internasional.
Kritik Standar Ganda dan Seruan Kerja Sama Maritim
Fu mengkritik sikap “standar ganda” dan penerapan selektif UNCLOS oleh AS. Ia menekankan pentingnya menjaga tatanan maritim internasional berbasis hukum internasional, menafsirkan UNCLOS secara menyeluruh, serta menolak interpretasi yang hanya menguntungkan satu pihak.
Menurut Fu, UNCLOS adalah instrumen hukum komprehensif yang mengatur laut dan samudra, serta menjadi dasar kerja sama global dalam penegakan hukum terhadap kejahatan maritim. Ia juga menyerukan penyelesaian damai sengketa wilayah dan hak maritim melalui dialog langsung antar pihak terkait.
Selain itu, Fu mendorong penguatan tata kelola global untuk menghadapi tantangan seperti perlindungan lingkungan laut, perubahan iklim, dan kenaikan permukaan air laut. Ia menegaskan pentingnya keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama saling menguntungkan dalam membangun infrastruktur maritim.
“China tetap berkomitmen bekerja sama dengan komunitas internasional untuk menciptakan masa depan maritim bersama,” tutupnya.